Tradisi Lebaran Topat di Lombok

Indonesia memang kaya akan budaya dan tradisi. Tidak terkecuali tradisi melaksanakan rangkaian bulan Ramadhan sampai dengan merayakan Hari Lebaran atau Idul Fitri. Khusus merayakan kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, masing-masing daerah (etnis) memiliki tradisi berbeda. Ada yang merayakannya di hari H setelah melakukan sholat Id; ada pula yang merayakannya biasa-biasa saja, tetapi punya tradisi lebih meriah di hari lain.

Masyarakat Indonesia pada umumnya merayakan Lebaran Idul Fitri dengan meriah dalam bentuk silaturahmi dengan kerabat dekat (orang tua dan saudara-saudara kandung serta kakek-nenek kalau masih ada) setelah sholat Id dan di hari sesudahnya dilanjutkan dengan silaturahmi dengan saudara-saudara orang tua. Ini sesuai dengan libur resmi yang ditentukan pemerintah. Selain itu, di antara hari-hari ketiga sampai ketujuh biasanya berkunjung ke rumah kawan dan juga banyak kelompok masyarakat menyelenggarakan acara reunian.

Lain halnya dengan masyarakat Madura. Lebaran Idul Adha justru mereka rayakan lebih meriah daripada Idul Fitri. Pada saat Lebaran Idul Fitri pada umumnya orang-orang Madura yang merantau tidak melakukan mudik seperti halnya perantau-perantau dari daerah lain. Orang-orang Madura perantauan pulang kampung pada saat Hari Raya Idul Adha.

Suasana Pengunjung di Pantai Ampenan (bekas Pelabuhan Ampenan) di Hari Lebaran Topat, Rabu (07/09/2011)

Di Lombok pun demikian. Ada tradisi unik yang dilakukan masyarakat Lombok. Meskipun mereka juga merayakan Lebaran Idul Fitri dengan melakukan silaturahmi dan maaf-maafan dengan sanak kerabat di hari H dan sesudahnya, tujuh hari kemudian mereka merayakan lagi dengan meriah. Hari itu bertepatan dengan Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat.

Puluhan kendaraan yang dititipkan di salah satu tempat penitipan motor di Pantai Ampenan, Rabu (07/09/2011).

Pada lebaran topat seperti hari Rabu (07/09/2011) kemarin, masyarakat Lombok merayakannya dengan cara pergi bertamasya ke pantai-pantai yang ada di sekitar Kota Mataram dan wilayah Pantai Senggigi. Biasanya mereka berbondong-bondong memenuhi Pantai Tanjung Karang di sekitar tempat wisata Loang Balok (makam keramat yang terdapat di dalam pohon beringin), Pantai Ampenan (bekas Pelabuhan Ampenan dan sekitarnya), sampai dengan wilayah Pantai Senggigi.

Padatnya kendaraan setelah pintu gerbang Pantai Ampenan, Rabu (07/09/2011).

Kalau bertepatan dengan Lebaran Topat ini, jalan menuju Kawasan Senggigi mendadak menjadi macet karena masyarakt berbondong-bondong menuju pantai terkenal itu. Itu terjadi karena yang datang ke kawasan-kawasan itu dari seantero Lombok. Kendaraan roda dua dan berbagai jenis memadati satu-satunya akses ke kawasan Pantai Senggigi dari arah Kota Mataram dan bagian lain wilayah pulau yang dijuluki dengan Pulau Seribu Masjid itu. *) Sayang sekali aku tidak dapat mengambil foto situasi di kawasan Pantai Senggigi dan Pantai Tanjung Karang karena takut kejebak macet.

Selain itu, kantor-kantor pun menjadi sepi karena banyak pegawai yang meliburkan diri dan ini didukung oleh permakluman yang diberikan masing-masing kantor, terutama instansi pemerintah. Bahkan kabarnya sempat dijadikan libur daerah.

Suasana Pantai Ampenan (bekas Pelabuhan Ampenan), Rabu (07/0/2011). Mandi di pantai setelah makan bareng-bareng keluarga.

Di pantai orang yang tumpah ruah itu melakukan aktivitas jamaknya orang sedang pergi bertamasya. Menggelar tikar dan makan bersama bekal yang sudah disiapkan dari rumah atau berenangan rame-rame di pantai. Singkat kata, mereka meluapkan kegembiraan hari itu bersama keluarga dan kerabat atau dengan kawan-kawan sebaya.

Lalu, mengapa ada Lebaran Ketupat yang pada umumnya dilaksanakan seminggu setelah Idul Fitri. Barangkali itu berkaitan dengan puasa sunnah selama enam hari di bulan Syawal (kecuali tanggal 1 Syawal yang diharamkan berpuasa) setelah puasa Ramadhan. *) Kalimat sebelumnya menggunakan kata “barangkali” karena puasa sunnah di bulan Syawal tidak harus dilakukan beruturut-turut selama enam hari setelah tanggal 1 Syawal.

Tradisi di Jawa dan daerah-daerah lain di Indonesia mungkin mencari afdolnya sehingga dilakukan enam hari di awal bulan Syawal, yakni berturut-turut sejak tanggal 2 bulan itu selama enam hari. Lebaran ketupat itu dipakai sebagi simbol berakhirnya puasa sunnah itu. Oleh karenanya, hari kedelapan di bulan Syawal itu dikatakan juga sebagai lebaran kedua yang ditandai dengan ketupat dan segala lauk-pauknya. (lihat juga tulisan ini)

“Lebaran kedua” itu oleh masyarakat Lombok dirayakan dengan bertamasya ke pantai. Di Pantai mereka bergembira dan makan bersama-sama bekal yang dibawa dari rumah. Mungkin dulu-dulunya yang dibawa adalah ketupat dan lauk-pauknya. Di jaman sekarang tentu makanan-makanan kemasan yang lebih dipilih untuk dibawa untuk alasan kepraktisan.

Itulah sekelumit cerita tentang tradisi merayakan Lebaran Topat di Lombok. Tradisi turun-temurun yang entah kapan itu dimulai yang mewarnai rona-rona kebudayaan nusantara. Sementara di daerah lain tradisi lebaran ketupat semakin mengalami pergeseran karena sekarang-sekarang ini biasanya ketupat dan lauk-pauknya disajikan di hari H sanmpai hari kedua Lebaran Idul Fitri, di Pulau Lombok orang masih merayakannya dengan meriah.

54 tanggapan untuk “Tradisi Lebaran Topat di Lombok

    1. Iya, sop. Tapi, tenang aja sebagian besar pantai di Pulau Lombok dan pulau-pulau kecil di sekitarnya pasirnya berwarna putih. Pantai Ampenan kan di belakang perkampungan penduduk yang sudah mengalamai abrasi berkali-kali. Orang-orang yang ada di pinggir pantai itu pada duduk di tembok pembatas dengan pantai pasir dan daratan.

      Suka

    1. Salam juga… 🙂
      Di lombok juga orang pada mudik ke daerah masing-masing. Dari Maratam sebagai ibukota propinsi yang terletak di Pulau Lombok,orang lokal mudik ke wilayah lain di Indonesia dan ke daerah-daerah tingkat dua di seluruh NTB (Pulau Lombok dan Sumbawa). Jadi, Kota Mataram relatif tambah sepi di Hari Lebara. Nah, baru pada Hari Raya Ketupat orang Lombok memadati pantai-pantai yang ada di sekitar Kota Mataram sampai ke kawasan Pantai Senggigi yang terkenal itu…

      Suka

  1. ya kerasa banget dulu lebaran tuh kerasa banget nikmatnya, kalau sekarang lebaran ditempat orang tidak begitu kerasa maklum saudara juga ada yang ga dateng ……

    kayknya lebaran di Lombok asyik tenan

    Suka

  2. Saya baru tahu orang Madura tidak “begitu meriah” merayakan Idul Fitri sewaktu ngobrol sama tetangga saya yang kebetulan orang Madura. Di tanah Arab juga konon Idul Fitri nggak semeriah Idul Adha, kata kebanyakan TKI yang kerja di sana. Itu makanya pengiriman TKI ke daerah penempatan Arab cenderung sepi. 😀

    Suka

    1. Sama2, Sob… 🙂
      Indonesia memang kaya akan keindahan alam dan keindahan budaya dari berbagai daerah dan etnis. Mari kita kenali beragam budaya di negeri ini sehingga tidak ada lagi gab budaya yang berpotensi menimbulkan perpecahan bangsa.

      Suka

    1. Wa’alaikumsalam… Salam kenal juga, Irfan. Aku rasa kita dah ketemu dua kali deh. Aku pernah komen di tulisanmu yang menyambut pawai untuk takbiran itu. Jangan pakai bahasa Sasak ah.. Aku cuma ngerti dikit-dikit. Btw, Lombok sebelah mana nih? Aku di Mataram.

      Suka

    1. Hai, Aldalalala! Yang di foto-foto itu bukan Pantai Senggigi. Pantai Senggigi lebih indah lagi. Waktu itu ga sempat ke Senggigi karena jam kerja dan ketika Lebaran Topat jalan ke sana macet total. Terima kasih kunjungannya… 🙂

      Suka

    1. Datang dong ke Lombok… Bulan depan dah pakai bandara baru, lho, BIL (Bandara Internasional Lombok).
      Betul, Salma, tradisi seperti itu intinya mempererat tali silaturahmi. Terima kasih dah mampir. 🙂

      Suka

  3. Saya sudah lama mendengar tentang lebaran topat di Lombak, namun sampai sekarang belum pernah sekalipun merasakan sensasinya. Karena pas seminggu setelah lebaran di tempatku juga disibukan dengan perayaan yang sama meskipun tidak seheboh di Lombok. 😛

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

    Suka

      1. Nyenggol dikit!!
        Gak perlu ragu mas, bahwa asal muasal lebaran topat di lombok itu mulanya untuk hari raya ke dua bagi yang melaksnakan puasa sunnah 6 hari setelah Idul Fitri, sama seperti yang di Jawa, bgitu kata orang tua-tua dulu. Lebaran Topat sampai sekarang dan mungkin seterusnya akan dirayakan dengan meriah apalagi kalau sudah dimasukkan dalam agenda pariwisata.
        Namun, bagaimana dengan tradisi PUASA SUNNAHnya? Seharusnya puasa sunnahnya jg tetap laksanakan
        dan dipertahankan sama seperti lebarannya. Kalau gak ada puasa mana ada istilah lebaran.

        Suka

  4. Salame dari kami ! Wah salah satu tradisi yang harus terus dilestarikan tuh jangan sampai punah. Oia di web kami terdapat bahan2 materi / jurnal tentang ekonomi, jika ada yang membutuhkan bisa langsung kewebsite kami, apalagi kalau link kami dipasang disini ^_^

    Suka

  5. Aku pernh singgah Di praya dan Pernah juga Merayakan thn baru Di Ibukota mataram Tepatnya di pantai Ampenan+Senggigih. Dan memang Sangat bagus Pantainya. Apalagi Di senggigih Sangat Asik bersantai disana…

    huh jd kangen nich pengen ke lombok lg….

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Mochammad Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.