Susahnya Berbagi Semangat

Pertandingan final leg kedua antara Timnas Indonesia dan Timnas Malaysia tinggal hitungan beberapa jam saja. Para pendukung Timnas Indonesia pun sudah berbondong-bondong sejak pagi dan bahkan yang dari luar Jakarta dan luar Pulau Jawa sudah datang beberapa hari sebelumnya. Pada leg pertama di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Indonesia kalah telak 3-0, namun semangat masyarakat Indonesia untuk mendukung tim sepak bola yang mendadak menjadi kesayangan ini tidak pernah pudar. Mereka tetap antusias untuk menyaksikan langsung pertandingan terakhir ini di Gelora Bung Karno (GBK) walaupun dengan perjuangan keras. Rasa cinta yang membuat kita bangga, kasihan, dan sekaligus jengkel.

Ada rasa bangga kepada para suporter itu tidak surut dukunganannya meskipun Indonesia kalah telak di final leg pertama. Mereka masih antusias menyambut kedatangan timnya yang telah mengalami kekalahan menyedihkan itu. Mereka tetap berbondong-bondong menyaksikan pebola-pebola kesayangan mereka itu berlatih. Sungguh luar biasa loyalitas pendukung Timnas Sepak Bola Indonesia.

Terbersit rasa kasihan juga kepada sebagian pendukung Timnas kesayangan ini. Betapa tidak. Mereka itu jauh-jauh datang dari berbagai kota di Jawa dan ada pula yang dari luar Pulau Jawa. Dengan berbekal uang seadanya yang mereka miliki, mereka datang ke jakarta. Mereka tidak perduli mau menginap di mana. Rela mengantri tiket berjam-jam dan berdesak-desakan sampai beberapa orang pingsan. Mereka itu datang hanya dengan satu niat: menyaksikan langsung (di dalam stadion atau dengan terpaksa di luar stadion). Tentu yang ada di hati dan pikiran mereka, “Ada atau tidak ada tiket yang penting bisa menyaksikan langsung pertandingan penentuan itu”. Ya, memberi dukungan langsung. Sungguh luar biasa loyalitas pendukung Timnas Sepak Bola Indonesia.

Lalu, sampai sehari sebelum penyelenggaraan leg kedua kenapa masih ada berita kericuhan calon penonton putaran terakhir final ini. Semenjak pertengahan hingga menjelang berakhir kompetisi sepak bola se-ASEAN ini kok masih ada ketidakberesan soal penjualan tiket. Apa mereka tidak pernah melihat dari mata hati mereka, betapa masyarakat pecinta sepak bola di Indonesia ini sangat ingin memberikan dukungan tulusnya itu kepada Timnas kesayangan mereka. Mereka itu tulus; tanpa tendensi apa-apa seperti para politisi dan kelompok-kelompok yang ingin memanfaatkan momen ini. Mengapa pendukung-pendukung yang tulus ikhlas memberikan dan berbagi semangat ini mesti dipersulit untuk mendapatkan tiket. Dengan berbagai alasan suporter-suporter ini dipersulit mendapatkan tiket. Jadwal pembukaan loket yang tidak menentu. Penukaran kupon yang dianggap bermasalah. Berbagai ketidaknyamanan itu masih saja terjadi sampai menjelang hari terakhir AFF Suzuki Cup 2010 ini. Hal yang benar-benar mebuat kita semua jengkel. Sungguh luar biasa loyalitas pengurus PSSI kepada ketidakberesan kinerjanya.

Kalau sudah begitu, salahkah mereka-mereka itu membuat kericuhan? Tentu perbuatan para suporter ini tidak dapat dibenarkan. Tapi, apa boleh buat. Emosi para pendukung Timnas sudah dibakar dengan berbagai ketidaknyamanan. Sungguh dapat dimaklumi kalau mereka menumpahkan segala kekecewaan dengan berbuat anarki. Kelelahan dan putus asa karena bakal tidak dapat tiket menjadi satu pemicu segala kericuhan itu. Ini semua karena kinerja panitia penjualan tiket yang sangat tidak bisa dimaklumi. Sungguh luar biasa menjengkelkan sitem dan kenerja penjualan tiket yang dikelola PSSI ini.

Tapi itulah loyalitas para pendukung Timnas Sepak Bola Indonesia. Tidak ada bendera Bonek, tidak bendera Viking, tidak ada bendera Aremania, pun tidak ada bendera The Jack, dan tidak juga bendera-bendera kelompok lain. Yang ada hanyalah warna merah dan putih. Warna kembaggaan bersama. Warna yang memberi sumber kekuatan 11 orang yang sedang berjuang memajukan bola ke gawang lawan. Dua warna, merah dan putih, untuk BERBAGI SEMANGAT untuk sebuah kemenangan bagi semua dan untuk seorang IBU yang bernama PERTIWI.

Siapa pun yang akan unggul di pertandingan terakhir malam nanti dan akan membawa pila sepak bola se-Asia Tenggara itu pastilah tim yang lebih baik daripada lawannya dan semangat untuk mendukung Timnas Sepak Bola Indonesia samapai kapan pun akan selalu ada. Namun semua itu itu masih menyisakan sebuah ironi: SUSAHNYA…  SEKEDAR UNTUK BERBAGI SEMANGAT dengan tulus.

4 tanggapan untuk “Susahnya Berbagi Semangat

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.