MANUAL, Jangan Dicampakkan!

Sebuah alat diciptakan tentu dengan tujuan mempermudah pekerjaan atau aktivitas manusia. Pun demikian halnya dengan alat elektronik yang kupunya yang dalam seminggu ini hampir “kuhempaskan” ke dalam daftar barang rongsokan alias barang yang tak berguna lagi. MODEM. Itu memang modem, sebuah alat yang di era serba daring (akronim dari dalam jaringan dan padanan istilah online) ini seharusnya banyak membantu untuk wifian. Keadaan itu lumayan bikin bete juga karena baru diisi paket data yang sedianya cukup untuk aktivitas internetan selama sebulan. Mau gimana lagi, kembalilah menggunakan hotspot portable (istilah Indonesianya apa ya) dari telepon genggam. Karena ada alat alternatif itu, sejenak modem itu terlupakan di sampaing menggunakan fasilitas jaringan di tempat kerja. Sampai sini belum bosan baca kan? Kalau belum, lanjut deh… 😀

Lain kisah namun berhubungan. Beberapa hari sebelum tulisan ini dibuat, niat bersih-bersih gudang kecil pun terlaksanakan. Pada saat beberes itu, ketemulah kotak kemasan modem yang sudah dibeli sejak tiga tahun lalu. Cuma mikir sesaat, “Awet juga ya kotaknya tersimpan”. Ndak ada pikiran lain berhubungan dengan ketidakberfungsian modem itu.

Nah, hari ini baru mikir, “Iya ya… Di kotak itu tentu masih ada manual penggunaan modem itu”. Singkat kata, diperiksalah kotak pembungkus modem itu daaaan… ahaaa… dapatlah buku kecil yang sebagaian halaman sudah lengket satu sama lain. Buka… buka… buka halaman demi halaman sampai ketemulah pada petunjuk pengenalan benda elektronik berukuran kira-kira 3×7 cm dengan ketebalan 1,5 cm itu.

Ketemulah penjelasan perihal salah satu ikon indikator yang ada modem iyu, yakni lambang jaringan yang bisa menyala dengan berbagai warnan yang masing-masing mendandakan keadaan tertentu. Tertulis dalam buku kecil itu (1) jika lampu indikator jaringan berwarna merah kedip-kedip berarti tidak ada kartu sim, (2) jika lampu indikator jaringan berwarna merah dan tidak kedip-kedip berarti tidak ada jaringan, (3) jika lampu indikator jaringan berwarna kuning berarti ada jaringan, namun sinyalnya kecil, dan (4) jika lampu indikator jaringan berwarna hijau berarti jaringan kuat. Akhirnya, modem pun dinyalakan dan diperiksa dan mendakan warna merah berkedip-kedip yang berarti tidak ada kartu. Itu aneh karena kartu masih ada dan baru diisi. Setelah berpikir sejenak, akhirnya coba-coba modem dibuka dan kartu sim digeser-geser posisinya. Alahamdulillah, lampu indikator jaringan menunjukkan warna hijau.

Untungnya modem belum “dimusnahkan” dan untung (kedua kalinya) kotak kemasan modem itu ditemukan, termasuk petunjuk pengenalan dan perngoperasian alat elektronik yang sangat dibutuhkan di era digital ini. Itulah yang disebut MANUAL. Akhirnya, kata yang terdiri dari enam fonem itu pun menyelamatkan sang modem. Manual itu pun menyelamatkan aktivitas digital saya. Horeeee… MANUAL mendadak menjadi “sahabat” yang paling berguna.

Kalau begitu, mari kita lihat di KBBI apa sebenarnya makna manual itu. Manual memiliki dua makna dan yang relevan dengan tulisan ini adalah makna kedua, yakni buku petunjuk praktis tentang suatu jenis pekerjaan atau tentang cara kerja suatu alat atau peranti tertentu (copyright 2016 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa). Tentu saja yang lebih relevan lagi dengan topik tulisan ini adalah pilihan kedua, yakni buku praktis tentang cara kerja suatu alat atau peranti tertentu.

Jadi, manual tentu sangat diperlukan ketika kita membeli sebuah alat elektronik baru atau alat lain seperti meja knock down yang kita beli. Buku manual alat yang kita beli harus dipelajari sebelum kita mengoperasikannya atau memasangnya jika itu berkaitan dengan mengeset sebuat alat, misalnya almari plastik.

Yang perlu diperhatikan, meskipun fungsinya sebagai petunjuk pemakaian atau petunjuk pemasangan alat, manual ada yang lengkap dalam bentuk buku berukuran kecil atau berukuran sedang; adala pula yang berbentuk lipatan semacam pamflet dan bahkan dalam selembar kertas ukuran setengah A4. Yang hanya selembar biasanya manual di meja atau lemari yang kita beli dalam keadaan belum dirakit dan biasanya cukup memimbingungkan. Manual dalam bentuk buku mini atau buku sedang biasanya berisi petunjuk yang merupakan prosedur-prosedur yang harus diikuti sehingga lebih mudah dipahami. Itulah sekelumit kisah tentang MANUAL.

Buku Panduan

Ada satu lagi sejenis buku yang kali ini tidak bisa dibilang praktis karena lebih lengkap dan detil. Buku macam itu disebut dengan buku panduan. Buku panduan pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan manual karena sama-sama berisi petunjuk melaksanakan sesuatu. Bedanya dengan manual adalah buku panduan biasanya disepakati oleh suatu institusi dan harus diikuti semua yang terlibat dalam institusi atau lembaga itu. Yang tergolong buku petunjuk jenis ini adalah buku penduan penulisan skripsi, buku panduan pelaksanaan praktikum, buku panduan fakultas, dan sejenisnya. Buku panduan ini juga sering disebut dengan istilah buku pedoman.

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar operasionakital prosedur yang disingkat menjadi SOP itu juga merupakan buku petunjuk melakukan sesuatu. Sama halnya dengan buku panduan atau buku pedoman, SOP juga berisi petunjuk-petunjuk melaksanakan sesuatu. Persamaan lainnya adalah buku panduan dan SOP sama-sama merupakan kesapakatan dalam satu institusi yang bisa dalam ruang lingkup luas. Perbedaan mendasar antara SOP dengan manual dan buku panduan adalah keberdaan nuansa hukum. SOP bisa berkaitan dengan hukum karena berkaitan dengan pelanggaran yang diikuti dengan sanksi hukum. SOP layanan rumah sakit, misalnya, merupkan petunju, pedoman, atau prosedur layanan di rumah sakitu itu. Jika layanan tidak sesuai prosedur operasional dan mengakibatkan malpraktik, misalnya, pelakunya bisa dituntut. Jika terbukti melakukan kesalahan prosedur, pelakunya bisa dikenai sanksi hukum.

Jadi, itulah bahasan terkait petunjuk praktis tentang pengenalan dan pengoperasian alat yang pembahasannya melebar kemana-mana hehehehe… Yang jelas, supaya barang kita tidak sia-sia karena SOK TAHU tentang sebuah alat dan pengoperasiannya, perhatikan manual yang disertakan di dalam kemasannya. Pun, supaya bisa berkegiatan dengan baik dan prosedural, “patuhi” buku pedoman dan SOP yang sudah disusun dan disepakati.


Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.