Ada Uang Kecil, Pak?

“Ada uang kecil, Pak?”

Kalimat tanya itu ditujukan kepada saya tadi siang, (13/07/2011), ketika hendak membayar belanjaan yang memang hanya berupa satu item barang. Pertanyaan itu dilontarkan dengan sangat “natural” oleh seorang kasir di sebuah minimarket tidak jauh dari tempat tinggal saya sekarang di Kukusan Kelurahan atau sering disebut Kukel, daerah sekitar pagar kampus UI Depok. Kasir yang melayani saya itu tidak sadar bahwa pertanyaannya yang “natural” bagai sebuah prosedur pelayanan itu saya rasakan begitu menyebalkan. Mengapa?

Sebelum saya ceritakan mengapa-mengapanya, perlu pembaca ketahui sebuah kalimat tanya lain yang bisa membuat dongkol. Ini dia, “Ada uang pas, Pak?’

Pernah nggak mendapat pertanyaan-pertanyaan seperti itu dari kasir? Dua buah kalimat tanya yang tidak bisa dikatakan salah apabila tidak dituturkan dalam konteks yang akan saya bagikan ceritanya kepada pembaca berikut ini.

Begini…. Siang itu saya membeli sebuah barang yang nilai transaksinya sebesar 14 ribu rupiah sekian. Ketika membayarnya di kasir, saya sodorkan selembar uang pecahan 50 ribuan. Memang waktu itu saya tidak memegang pecahan lebih kecil darinya. Melihat uang yang saya sodorkan, mbak-mbak kasirnya serta-merta melontarkan pertanyaan dengan ekspresi dan intonasi yang normal-normal saja. “Ada uang kecil, Pak?’ Itu katanya. Saya bilang, “Ndak ada, Mbak”. Dan, memang tidak ada pecahan yang lebih kecil di dompet saya. Kemudian, dengan sikap yang luar biasa wajarnya, si mbak kasir tadi menerima uang yang saya sodorkan kepadanya dan mengambil kembalian buat saya dengan tanpa komentar.

Keluar dari minimarket itu menyisakan keheranan di benak saya. Bukankah nilai belanjaan saya sudah hampir mencapai sepertiga dari uang yang saya bayarkan. Apa masih kurang besar, ya, nilai transaksi saya dengan uang 50 ribu rupiah yang saya sodorkan? Begitulah, meminjam kata-kata dari sebuah lagu, hatiku pun bertanya-tanya. Alhasil, sebuah omelan pun terbersit dalam pikiran saya, “Kalau nggak mau banyak-banyak kasih uang kembalian, batasi saja setiap orang belanja minimal 25 ribu rupiah”. Tapi, ya, sebatas dalam hati ngumpatnya. πŸ™‚

Lalu, buat apa pertanyaan tadi ditujukan kepada saya atau pembeli lainnya? Toh, uang kembalian untuk transaksi di minimarket itu memang sudah disediakan. Uang untuk kembalian bahkan sudah diperhitungkan dalam manajemen mereka. Kalau tidak, buat apa mereka repot-repot menyediakan pecahan-pecahan sampai senilai seratus atau dua ratus rupiah dan seterusnya. Pertanyaan seperti “ada uang kecil?” atau “ada uang pas?” itu jadi nggak penting kan. Lain soal kalau dua kalimat itu ditanyakan penjaga kios kecil di pinggir jalan yang memang mungkin tidak punya uang recehan buat kembalian. Itu tentu dapat dimaklumi.

Kalimat-kalimat tanya seperti di atas terproduksi oleh kasir di minimarket ketika belanjaan kita hanya satu atau dua item yang bernilai transaksi kecil. Sepertinya mereka malas memberi kembalian apabila pembeli membayar dengan pecahan lebih besar dari nilai transaksi. Mau bagaimana lagi bila memang barang yang dibutuhkan, misalnya, hanya senilai 14 ribu rupiah lebih sementara uang yang ada di dompet kita pecahan 50 ribuan. Apa kita harus menambah item belanjaan kita? Tentu saja nggak mau.

Tugas kasir, ya, menerima berapa pun besarnya pecahan rupiah yang dibayarkan pembeli meskipun barang yang dibeli nilai transaksinya lebih kecil atau jauh lebih kecil dari uang yang dibayarkan itu. Harusnya seperi itu prosedur pelayanan di setiap kasir. Bukan seperti yang saya alami atau mungkin dialami oleh orang-orang lain.

Kalimat-kalimat tanya seperti yang dibahas dalam catatan kali ini sepertinya dijadikan bahan “doktrin” bagi para kasir dan calon kasir di berbagai minimarket yang ada. Hal serupa tidak hanya saya alami di minimarket dekat tempat tinggal saya, tapi di beberapa lokasi berbeda. Pengalaman saya ketika belanja ke beberapa minimarket dan kebetulan hanya membeli barang yang bernilai transaksi tidak besar, selalu mendapat salah satu dari dua pertanyaan yang dicontohkan setiap saya membayar dengan pecahan rupiah lebih besar dari transaksi.

Dalam konteks atau situasi seperti diceritakan di atas, kalimat tanya “ada uang kecil, Pak?’ atau “ada uang pas, Pak?” terdengar sangat menyebalkan. Dengan pertanyaan begitu, saya merasa mendapat perlakuan DISKRIMINASI karena belanja hanya sedikit. Diskriminasi? Ekstrim banget… Β Lha, iya memang karena hal itu tidak berlaku bagi orang yang belanja banyak dengan nilai transaksi lebih besar. Apa namanya kalau bukan diskriminasi?

Bagaimana dengan Anda?

Apa yang Anda rasakan ketika berada dalam situasi seperti yang saya alami sebagaiman diceritakan di atas? SEBAL nggak?

πŸ™‚

24 tanggapan untuk “Ada Uang Kecil, Pak?

  1. hehhehe,,, emang pastinya nyebelin banget ya pak, untung si mbak kasir tanyanya natural, coba kalo agak jutek, tambah nyebelin lagi..
    *kembaliannya banyak permennya gak pak?? hehehe…

    salam kenal pak Moch.. πŸ™‚

    Suka

    1. Iya bener.. untung gak jutek.. Malah tampak tanpa ekspresi kemaren itu mbaknya πŸ™‚
      Nah, untung gak ada kembalian permen. Itu juga nyebelin, tapi sekarang sudah ga ada sepertinya. Ada yang disarankan (tepatnya diminta) untuk disumbangkan ke PMI kalau ada kelebihan yang nilainya di bawah 5 ratus tupiah. Masih mendinglah buat amal..
      Soal permen buat kembalian kan sudah pernah diprotes YLKI karena memang permen bukan alat pembayaran resmi. Aku setuju banget soal itu.
      Mudah2an pelayanan seperti pengalamanku itu jadi bahan pertimbangan para manajer toko untuk tidak diterapkan lagi.
      Begitulah kira2…

      Salam kenal kembali, Mbak Advertiyha… πŸ™‚

      Suka

  2. Nice, Pak! πŸ˜€
    Hal kecil yang menarik. πŸ˜†

    Di Bandung sini jarang ada yang begitu. Yah mungkin memang sayanya aja yang kebagian. :mrgreen: Tapi selama ini saya makan di warung tegal langganan, beli martabak malem2, beli DVD bajakan di tempat langganan, gak pernah ada yang minta uang pas atau uang kecil. Yaaaaah saya juga ngasihnya gak kebangetan, kalo memang ada uang yang kecil seperti 20rb (dan 50rb) dan yang harus saya bayar adalah 15 ribu, tentu saya sodorkan yang 20rb. πŸ˜€

    Tapi untuk ukuran minimarket, semacam Circle K, saya pernah mengalaminya. Pertanyaan bodoh memang ya, ingin rasanya saya menjawab, “Ya elah Mas/Mbak, kalo ada uang kecil sih udah saya kasih!” πŸ˜€

    Yah tapi sudahlah, itu memang sudah pekerjaan mereka…. πŸ™‚

    Suka

    1. Sebelumnya terima kasih, Sop, atas apresiasinya…
      Betul memang. Kalau ada uang yang lebih kecil tentu kita ngasihnya yang itu, kecuali kalau memang ada niatan sambilan untuk nukar dengan uang recehan :). Artinya, ketimbang kita sekedar nuker uang kita, mendingan beli sesuatu meski nilai transaksinya nggak seberapa.
      Yah, begitulah… Kenapa sampai aku tulis (curcol :))? Itu karena aku tidak hanya sekali mengalaminya.

      Suka

    1. Betul itu, honey… di Indonesia masih banyak pelayanan publik yang kurang dari ideal dan bahkan sekedar memberi senyum kepada customer aja susahnya minta ampun.
      Terima apresiasinya ya… πŸ™‚

      Suka

  3. Saya juga sering bertemu dengan kalimat sejenis itu, Pak.
    Tapi, kadang saya jadi dilema.. lha kalau posisinya belanja keperluan kantor (dengan uang kantor tentunya :mrgreen:) sementara di dompet uang pribadi saya ada yang kecil (cuma pas lagi cekak banget :)).. saat saya dihadapkan dengan kalimat, “Ada uang pas, Mbak?” saya akan menjawabnya dengan gelengan saja. Yang penting saya ga bilang TIDAK ADA hehe :mrgreen:

    Suka

    1. Hahaha… Lha, bukannya menggeleng sama dengan tidak, Phie…
      Terkadang sekalipun ada, aku bilang tidan ada biar tidak kebiasaan. Gimana lagi kalau uang yang pas itu buat cadangan naik angkot dll. πŸ™‚
      Makasih ya dah meluangkan waktu buat baca curcolku.

      Suka

  4. Menurut ane sih yang salah si pemiik market, apa salah nya nukerin duit ke Bank Indonesia di daerahnya… lagian kan dapet duit pecahan + duit baru, pelanggan pasti senang kalo duit yang dikembalikan duitny baru2… hii

    for ALL.. salam kenal y.. πŸ™‚
    kunjungi lapak ane juga… melzaperdana.wordpress.com

    Suka

    1. Salam kenal juga, Melza.. πŸ™‚
      Wah, soal kembalian itu dah disediakan sampe ke recehan 100 perak kan. Mungkin dasar malas ngasih kembalian atau memang dah didoktrin pemilik minimarketnya.
      Begitulah πŸ™‚

      Suka

  5. sayah juga sering mendapatkan pertanyaan yang serupa dari kasir, setidaknya dari dua minimarket yang berbeda, saya bertanya-tanya apakah ini kebijakan dari manajemen? …. kalau ya, berarti ini merupakan suatu kebijakan yang blunder ….

    Suka

    1. Betul sekali, Udien, (heheheh termasuk Udien sedunie yang mana nih) kalau itu kebijakan pemilik minimarket, ya memang bisa jadi blunder alias bumerang.
      Terima kasih apresiasinya ya… πŸ™‚

      Suka

  6. kalo orang yg nanya cantik pasti saya tanya balik
    “Uang saya besar-besar mbak, sebesar hati saya memaafkan mbak….heheheheheh”

    NB: Blog asyik pak, πŸ˜€

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.