Perdamaian Berawal dari “Perut”

“Cinta berawal dari perut”

Pepatah kuno memang, tapi masih bisa dipercaya. Artinya, cinta bisa semakin tumbuh atau semakin berkembang karena hidangan yang disajikan orang-orang dekat kita dengan “bumbu” kasih sayang.

“Perdamaian berawal dari perut”

Yang ini pepatah baru buatanku. Wow… wow… keren ya bisa bikin pepatah. Bukannya ingin dibilang orang bijak, tapi terlintas saja sebuah ide ketika perut sedang kenyang sehabis makan bareng-bareng (asyiknya rame-ramelah kata skrip di sebuah iklan rokok). Mau tahu ceritanya? Baca terus dong… 🙂

Sebelum terusin baca, coba perhatikan foto yang ada di bawah ini. Foto yang merekam aktivitas paling menyenangkan dalam hidup ini. Makan. Apalagi makannya rame-rame hasil karya bersama pula.

Asyiknya reme-rame…

Acara makan bersama yang bikin hati ceria. Hati ceria wajah pun jadi sumringah. Sebetulnya hanya menu sederhana. Nasi liwet yang masaknya langsung dicampur dengan ikan teri dan jengkol dimakan dengan sambal terasi dan lalapan daun singkong. Penyajiannya pun hanya di atas selembar daun pisang (dan tentu sekarang pun menjadi “memori daun pisang” yang tak terlupakan). Makan bareng-bareng setelah memasaknya bersama-sama pula.

Itu tadi sebuah aktivitas rutin setiap manusia dalam kehidupannya sehari-hari, makan. Karena hanya merupakan rutinitas sehari-hari, kegiatan makan ini jadi terlupakan maknanya, padahal dalam momen tertentu bisa sangat bermakna. Acara makan bersama, misalnya, yang berawal dari sebuah ide dadakan saat lagi nongkrong bareng seperti dalam foto di atas. Dari iseng-iseng, berkreasi (masak-masak maksudnya), kemudian apalagi kalau bukan perut kenyang, dan tanpa disadari terciptalah sebuah kebersamaan dalam kegembiraan. Kebersamaan itu sebuah hal yang menyenangkan pastinya karena merupakan situasi yang jauh dari kesenjangan dan perbebadaan yang semua semua itu seringkali bisa menimbulkan perpecahan. Perpecahan antarperorangan, antarkelompok atau antargolongan atau bahkan antarmasyarakat yang sering terjadi di negeri ini.

Kebersamaan itu penting karena melalui kebersamaan itulah hal yang lebih besar bisa diciptakan. Apa itu? Kedamaian, situasi yang didambakan oleh setiap orang.

Halah… Acara makan nasi liwet dengan lalapan dan teri-jengkol aja kok larinya ke kedamaian segala. Jauh amat ya. Dibilang hubungan mereka jauh, nggak juga. Nggak jauh-jauh amat  :). Ibaratnya bertetangga, masih satu RW.

Hmmm… nyam… nyam…

Bisa bercerita seperti itu karena waktu ikut makan bareng memang terasa banget suasana kebersamaannya. Dari momen acara itu, kami lupa bahwa “anggota” makan bersama nasi liwet itu terdiri dari bersuku-suku dengan stutus sosial berbeda. Yang ada hanya satu perasaan dan pikiran. Semua yang terlibat di dalamnya ingin merasakan dan cuma memikirkan kebahagiaan bersama-sama.

Semua tidak pernah menyinggung latar belakang masing-masing. Acara makan bareng waktu itu dilakukan di pelataran sebuah gedung futsal di dekat tempat tinggal kami. Yang ikut asyik rame-rame pun ada seorang kandidat doktor, ada yang sedang mengikuti pendidikan magister, pegawai-pegawai gedung futsal dari pengelola sampai tukang parkirnya, pemiliki toko minuman dan warung kopi di sarana olahraga itu, serta penjaga tempat kos. Sementara latar belakang suku mereka ada yang orang Aceh, orang Sunda, orang Jawa, dan orang Padang. Latar belakang seperti itu yang bisa menimbulkan pengkotakan-pengkotakan dalam masyarakat jadi sirna. Yang ada hanya pikiran, “Mari kita bergembira bersama melalui acara makan-makan”. Kalau sudah bergembira bersama-sama, hanya perdamaian yang terasa.

Nggak jauh kan? Jadi, makan (bersama)-kenyang-kegembiraan-kebersamaan-kedamaian masih bisa dihubungkan. Bener kan masih satu RW? 🙂

Kesimpulannya, perut kenyang sebagai akibat makan (bersama-sama atau sendiri-sendiri) bisa menciptakan perdamaian. Bukannya kemampuan memenuhi kebutuhan makan merupakan salah satu indikator kesejahteraan? Dan, kesejahteraan bisa menciptakan kedamaian (perdamaian).

Implikasinya dalam skala lebih besar, misalnya kelompok masyarakat, pun dapat dijelaskan. Coba bayangkan seandainya masing-masing orang dalam sebuah kelompok masyarakat bisa memenuhi kebutuhan makan mereka dengan baik, betapa gembiranya mereka. Dengan demikian, barangkali akan tercipta kedamaian di antara mereka. Sebuah masyarakan yang boleh dibilang sejahtera. Tentu tidak ada lagi pertikaian seperti yang sering diberitakan di media. Demo menuntut ini-itu yang ujung-ujungnya tidak jauh dari urusan kesejahteraan pun tidak lagi digelar. Kalau masyarakat bisa memenuhi kebutuhan pangan mereka dan setiap hari tidak ada yang kelaparan, apalagi yang mau dituntut melalui demo-demo dan alasan apalagi yang dijadikan “bahan” pertikaian. Tidak ada.

Pernyataan-pernyataan di atas tidak bermaksud mengatakan sumber utama pertikaian antarperorangan dan antarkomunitas adalah kelaparan. Tapi, setidaknya masyarakat yang kesejahteraannya tercapai tidak mudah disulut dan tersulut untuk bertikai antarsesama mereka. Kenyataannya yang kita lihat di tayangan berita-berita televisi tentang pertikaian antarperorangan dan antarkelompok pada umumnya berpelaku orang atau masyarakat yang belum atau kurang sejahtera.

Akhirnya… Tidak berlebihan kalau dikatakan, “Perdamaian berawal dari perut”. Pertanyaannya, melihat kondisi Indonesia yang seperti sekarang ini, kapan ya semua orang di negeri ini bisa makan dengan tenang dan gembira? Tidak ada lagi orang yang bertanya, “Apa besok bisa makan?”

82 tanggapan untuk “Perdamaian Berawal dari “Perut”

  1. Benar sekali dan sangat setuju. Bila segalanya dapat dirasakan bersama dan dinikmati bersama maka akan terasa indah, tanpa memperkeruh permasalahan yang ada.

    Sikses selalu
    Salam
    Ejawantah’s Blog

    Disukai oleh 1 orang

    1. 🙂 Pasti habislah. Orang anggotanya banyak. Mantap kan? Pokoknya aryiknya rame-rame; gak ada lo ga rame 😀
      Terima kasih dah sempat membaca/melihat-lihat fotonya.

      Suka

  2. lebih asik makan keroyok rame2 gan… dari pada makan di tempat mewah,..
    ane sering banget makan kendurian, maklum anak kos, “perbaikan gizi”…walaupun gak diundang yang penting Do’a aja tu buat yang pada ngadain acara..(sambil bersyukur)….
    pengalaman ane makan di rtz klton, mahal aja yg ada nikmatnya cuma gengsi duank…hiiii…(ditraktirin gan) hiiii…………….

    nitip lapak ane ya untuk para JURAGAN semua… http://melzaperdana.wordpress.com/profil/

    Suka

    1. 😀 Betul, Mel… Udah mahal banyak aturan lagi.. Kalau makan rame2 kayak yang ada di postingan ini bisa nyante, canda-canda, makan sambil angkat kaki pokoknya yang asyik2 meskipun hanya nasi pake teri dan jengkol puls sambal yang pedas. huh hah.. pedessss… kalau dah gitu lupa deh yang namanya persoalan.
      Boleh… boleh banget nitip2 di sini.
      Terima kasih ya… 🙂

      Suka

      1. perlu ane tambahin dikit Gan… JAIM nya…wichhh…. afgan (sadis) banget,.. bunyik…”tiiinnng” aja,,.. waduh seakan2 kayak satu dunia yang ngeledein kite.. hiiii…..
        Kalo ane sih, sukanya gule kambing yang dimasak rame2 trus dikeroyok juga rame2,..apa lagi ditambat bumbu aceh ++ Gan…. haaaa… ane pernah mengalami masuk RS gara2 orang iseng terlalu bnyak ramuannya dicemplongin…kacau pokoknya Gan,, ampek2 tu kwan2 ane diproses…hiiiii

        Suka

      2. 😀 Setuju, Mel.
        Soal bumbu aceh ini, aku juga pernah merasakan cuman formulanya normal2 aja. Kebetulan ada teman dari aceh di kos. Kalau pulang dari Aceh, dia biasa bawa bumbu jadi dari sana. Sampai di kos masak deh buat makan rame2. Setelah makan-makan, ngantuk, deh.. Mata berasa berat 🙂
        Dan itu oleh2 yang ditunggu-tunggu 😀

        Suka

    1. Salam kenal juga, Rachmat… 🙂
      Kalau sudah begitu, seluruh warga kampung menjadi lebih guyub kan, lebih berasa kebersamaannya. Duduk bareng rame2 makan diiringi senda gurau. Asyik banget deh… Damai…

      🙂 Terima kasih apresiasinya ya…

      Suka

    1. Salam, R10… 🙂
      Perang bisa karena rebutan bahan makan dan bisa juga bahan bakar (minyak). Btw, bahan bakar seperti makanan juga kan buat mesin atau motor 😀
      Komenku ngaco ya… 😀

      Suka

  3. wah kalo urusan yang ini saya paling duluan dari pada teman teman. Dan bukan tidak mungkin masalah perut masih menjadi rebutan. Namun ketika sudah makan bersama seperti ini satu persatu egoisme diri seakan hilang dan malah ingin lebih banyak mengundang teman untuk ikut makan bersama tapi kenapa bisa begitu ya?
    Jamaaaaahhh……ooohh jamaaah…. 😀 terima kasih sudah mau mampir ke blog saya yang seadanya.

    Salam hangat dari jember

    Suka

    1. Betul, Mascoro… Kenapa begitu? Kalau sudah kenyang, ya selesailah semua urusan. Pikiran jadi tenang… 😀
      apalagi? Gak ada kan…

      Terima kasih kembali. Salam hangat pula dari sini. Kangen jember, euy… 🙂

      Suka

  4. Betul sekali,mas..
    acara makan bareng2 gto emang bikin hubungan emosional makin rapat. Jadi lebih guyup, dan mengesankan. Apalagi dalam acara tsb jg mengandung rasa saling pengertian dgn sesama, jg rasa berbagi. banyak pelajaran yg dpt dipetik dari acara yg terkesan sepele itu..

    salam kenal

    Suka

    1. Salam kenal juga, EKODANU 🙂

      Iya, kadang kita tidak menyadari di balik hal yang sepele seperti acara makan “memori daun pisang” seperti itu terkandung makna yang dalam.
      Terima kasih apresiasinya.

      Suka

    1. boleh dibilang begitu, tapi kebersamaannya dalam jiwa dan pikiran tenang. Kalau bersama tapi kelaparan malah gampang dibakar-bakar :). Aku ga setuju pepatah jawa itu. Sebaiknya diganti dengan “kumpul gak kumpul tetep mangan”. Dengan demikian, semua orang tetap merasakan kesejahteraan, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok.

      Terima kasih apresiasinya 🙂

      Suka

  5. betul sekali om mochammad, cuma yang saya takutkan, kalo pepatah itu di pake sama elite politik bisa kacau om, klo para elite politik sudah ngumpul untuk kesejahteraan mereka dan hanya memikirkan perut mereka, bagaimana nasib rakyat om, dan sepertinya itulah yang terjadi sekarang,

    mrjibe.blogspot.com

    Suka

    1. Pepatah mana? “Kumpul gak kumpul tetep mangan”? Hahahaha aku ga peduli elite politik. Itu pepatah untuk rakyat Indonesia di luar elit politik.

      Terima kasih apresiasinya, bro 🙂

      Suka

  6. mang perdamain harus selalu ada di dunia ini biar orang ,bangsa dan negara ga pada ribut lagi 100% satuju,ko ya perdamaian itu datangnya dari perut loh ????????
    mungkin karena lapar dan semua terbagi adil kali ya……..hehehhehee

    Suka

    1. itu salah satunya, dibagi sama rata dan sama-sama2 kenyang. kalau kesejahteraan dibagi sama rata dan semua rakyat sama2 kenyang, negara jadi aman insya alloh. terima kasih, bro, dah berkunjung. 🙂

      Suka

    1. Salam kenal juga 🙂
      Perbedaan selalu ada. Di samping mencari persamaan, memahami yang beda itu sangat diwajibkan agar tercipta kebersamaan. Salah satunya, melalui makan bersama seperti di atas. 🙂

      Suka

  7. Iya memang kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan kuncinya Pakde 😀
    masih banyak rakus “dimakan” sendiri2 sih budaya dari sono nya, ga menganut sama rata sama rasa kek kita2 wekekek

    Suka

    1. Iya betul, Irman, aku setuju dengan komentarmu. Tambahannya, kebutuhan dasar manusia yang berupa kebutuhan akan pangan yang terutama harus dipenuhi terlebih dahulu. Dengan pangan terpenuhi, tentu masyarakat merasa tentram dan selanjutnya bisa membagun negeri ini dengan dasar pendidikan dan jiwa-raga yang sehat. Duuuuuh… Ideal banget ya. Moga-moga itu tetap bercokol di kepala para penentu kebijakan di republik ini. 🙂

      Suka

    1. Iya betul, Sob… Gampang dikompor-kompori apalagi yang berkaitan dengan tuntutan akan kesejahteraan yang salah satunya berkaitan dengan kebutuhan akan pangan.. 🙂 Terima kasih dah mampir…

      Suka

  8. Haa…jadi ingat masa2 kuliah dulu…rame2 patungan beli nasi bungkus terus nasi ama lauknya disatuin terus makan sambil b’canda dan ketawa2 sambil ngejek2 pokoke g’ ada pake malu,rakusnya rata…wuakaka… 🙂
    dan yang paling penting dengan kayak gini persahabatan jadi kokoh dah…. pokoke MANTABS gile….!!!
    Trus berkarya gan…. 🙂

    Suka

  9. jadi ingat dulu waktu liat salah satu perkumpulan orang Islam yang berkeliling dari mesjid ke mesjid, mereka makan persis sperti itu, rame-rame!!!,., nasi sebutir pun tak ada yang tersisa,.,!!!!

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.