Mudik dan “Mudik”

Sudah siap mudik? Atau, sekarang sedang dalam perjalanan mudik? Iya, salah satu kegiatan dari serangkaian aktivitas di bulan Ramadhan yang paling membutuhkan persiapan matang, ya, mudik. Apalagi kalau bukan itu. Betapa tidak, sejak hari pertama puasa sebagian orang yang akan melakukan mudik sudah mempersiapkan satu demi satu keperluan mudik. Salah satunya adalah tiket berbagai macam jenis alat transportasi yang akan membawanya ke udik. Sebelum puasa PT KAI sudah mengumumkan tiket dapat dipesan sejak H-30. Artinya, sejak hari pertama puasa, para calon pemudik sudah bisa memesan tiket kereta api (KA). Tidak hanya itu, berbagai moda transportasi lain pun menjadi sasaran para calon pemudik.

Begitulah. Mudik seolah sudah menjadi ritual wajib di bulan Ramadhan, padahal tidak demikian sebenarnya. Entah sejak kapan kegiatan ini mulai membudaya di masyarakat Indonesia. Barangkali kegiatan mudik muncul seiring dengan pesatnya urbanisasi dan kemajuan transportasi tentunya. Akan tetapi, saya dalam ruang ini tidak akan membahas sejarah munculnya mudik. Juga tidak akan membagi tips melaksanakan acara mudik dengan aman dan nyaman.

Yang ingin saya bagi di sini adalah sebuah makna tersirat dari aktivitas mudik ini. Makna ini teringatkan oleh khotib kultum (kuliah tujuh menit) ketika sholat tarawih di mushola kecil di belakang Kantor Kelurahan Kukusan, Kota Depok.

Sang khatib mendeskripsikan bahwa ketika bulan Ramadhan orang-orang, baik individu maupun keluarga, sejak hari pertama puasa sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan mudik mereka. Mulai dari transportasi apa yang akan dipakai dan bahkan sampai ada yang menyewa mobil yang tentu dengan berbagai motivasi. Jalur mana yang akan dipilih. Kawan-kawan atau sanak keluarga yang akan diajak bareng. Tidak ketinggalan dan selalu tidak akan pernah ketinggalan, yakni oleh-oleh yang akan dibawa. Sebuah aktivitas yang lebih bersifat duniawi menurutnya karena melibatkan materi-materi dan uang. Meskipun, dalam hati saya juga bilang, “Ada bau-bau akhiratnya dikit kali”. Barangkali kegiatan silaturahmi ketika mudik masih ada nuansa akhiratnya. Bukannya silaturahmi sangat dianjurkan agama?

Mengapa orang begitu repotnya mempersiapkan mudik sampai sedemikian rupa? Seolah dia tidak akan kembali lagi. Mudik kan bukan harga mati. Tidak bisa pulang kampung tahun ini, kita bisa pergi tahun depan. Ibaratnya, kalau kita tidak bisa setor muka lebaran tahun ini, kan bisa setor suara melalui telpon. Ini kan era teknologi komunikasi.

Itulah kerepotan menjelang mudik lebaran. Tidakkah kita ingat ada satu “mudik” lain yang harus kita persiapkan? Ini bukan sembarang “mudik”. Ini “mudik” terakhir yang entah kapan akan tiba waktunya. Mudik selamanya.

Kalau mudik lebaran bisa kita tentukan tanggalnya, yang ini tidak mungkin bisa kita rencanakan. Hanya Dia yang tahu. Setiap tahun orang bisa mempersiapkan mudik lebaran sedetil mungkin. Tetapi, karena “mudik” yang satu ini merupakan misteri-Nya, setiap saat umat manusia, saya dan Anda, harus siap dengan bekal yang cukup. Oleh karena itu, setiap dari kita harus tiap saat mempersiapkan bekal untuk “mudik” kita nanti. Ibarat anggota TNI yang setiap saat siap diterjunkan ke medan perang atau ke tempat-tempat konflik terjadi. Artinya, kalau sewaktu-waktu tiba jadwal kita untuk “mudik”, kita memang benar-benar siap “mudik” dengan layak sesuai standar-Nya karena sudah tidak ada lagi kesempatan kedua untuk membaikinya. Kalau mudik lebaran kita kali ini kurang persiapan dan tidak sesuai harapan, tahun depannya bisa diulang dengan perencanaan yang lebih matang. Lalu, bagaimana jika mudik kita itu adalah kematian kita? Kapan kita bisa mengulang persiapannya kalau seandainya pas waktunya datang ternyata kita belum memiliki bekal yang cukup?

Di bulan Ramadhan yang Allah SWT menjanjikan segala keutamaan pahala inilah saat yang baik buat setiap orang untuk mulai mempersiapkan bekal “mudik”nya.

Selamat bersiap-siap untuk mudik dan “mudik”.

Tulisan kali ini merupakan repro dari “Catatan” di akun facebook saya, di sini [link]. Dimuat kembali karena menurut saya masih relevan dengan Ramadhan ini.

4 tanggapan untuk “Mudik dan “Mudik”

  1. Saat waktu mudik tiba, mereka yang membawa kendaraan sendiri, sudah repot mempersiapkan kesiapan mobil dan motor pastinya. Tapi, sadarkah kamu kalau justru “kesehatan” kendaraan bukan yang utama! Kamu wajib baca tips sehat yang satu ini!

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.